DPR Minta Jatah Apartemen, Apa Belum Cukup dengan Gajih Selangit?
#INFOCJR – Wacana pembangunan apartemen khusus bagi anggota DPR di dalam kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, menuai kritik keras dari berbagai kalangan.
Salah seorang warga, Amih (55) asal Cianjur Jabar misalnya mengatakan, permintaan jatah apartemen dari anggota parlemen itu terlalu berlebihan.
“Mereka sepertinya tidak mengerti kesulitan rakyat dan pemerintah ya. Apa gajih selangit belum cukup untuk mereka,” kata Amih kepada INFOCIANJUR saat berbincang santai di Lapangan Prawatasari Joglo Cianjur, Selasa (15/8/2017).
Sebelumnya seperti diberitakan CNN Indonesia, Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus berpendapat bahwa rencana pembangunan apartemen di kompleks parlemen justru memperlihatkan DPR semakin manja.
“Mereka mengeluhkan macet yang bikin mereka terlambat dan tidak hadir saat rapat. Padahal, kita tahu Jakarta tidak akan bisa lepas dari kemacetan,” ujarnya.
Lusius menyebut, seharusnya anggota DPR mampu mengelola waktu dengan baik, sebab semua warga Ibukota tentu tahu kondisi jalanan Jakarta dan akan berangkat kerja lebih pagi.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mendukung penuh rencana pembangunan apartemen khusus bagi anggota DPR di dalam komplek parlemen, Jakarta.
Ia menilai, apartemen itu akan memperpendek jarak tempuh anggota DPR, sekaligus menghemat anggaran.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai tidak ada korelasi antara kedekatan tempat tinggal dengan kinerja anggota dewan.
“Saya tidak bisa melihat korelasi di antara keduanya. Kalau perumahan anggota DPR terlalu jauh, lalu dibangun apartemen (di kompleks parlemen), apakah itu akan menjamin bahwa rapat-rapat di DPR kemudian akan penuh?” kata Ray di Jakarta, kemarin.
Ray mengatakan, kepercayaan publik yang rendah terhadap DPR kini justru dijawab dengan permohonan penambahan anggaran untuk kepentingan mereka.
“Semua kelemahan mereka, baik dalam konteks kinerja dan moral, dikaitkan dengan fasilitas yang tidak tersedia,” kata Ray.
Keluhan anggota dewan, kata Ray, antara lain rumah yang terlalu jauh sehingga harus dibangun apartemen, serta gedung DPR yang terlalu sempit menyebabkan staf ahli tidak bisa bekerja secara optimal.
Ray menambahkan, ‘tren’ ketidakhadiran anggota DPR pada hari kerja maupun rapat paripurna perlu ditelusuri lebih jauh alasannya, apakah karena sakit, terjebak macet karena rumah yang terlalu jauh, atau memang secara sadar enggan menghadiri rapat-rapat di DPR.
“Mereka naik kereta sajalah. Naik satu gerbong khusus untuk anggota DPR,” ujarnya berseloroh. ***
(Deon/CNN Indonesia)