Degradasi Moral di Dunia Pendidikan Kita, Apa Solusinya?
#INFOCJR – “Datang sini kalau berani!” ucap seorang siswa SMA di SMA Negeri 1 Buntok, Barito Selatan, penuh emosi. Di hadapannya, sang guru menanggapinya dengan nada rendah, berusaha menenangkan suasana, “Ini bukan masalah berani atau tidak.” Meski demikian, siswa tersebut terus menantang, berupaya memancing kemarahan. Di saat lain, di sebuah sekolah di Pasuruan, seorang siswa membentak gurunya karena ditegur. Tak hanya itu, ada yang menggambar hal tak senonoh di papan tulis, meskipun gurunya berada di kelas.
Fenomena degradasi moral di kalangan siswa telah menjadi sorotan serius. Potret ini semakin suram ketika guru yang seharusnya dihormati, justru dipolisikan atas tuduhan yang belum tentu terbukti. Kasus yang menimpa Pak Marsono di Wonosobo adalah satu contoh nyata. Ia dituntut oleh orang tua murid hingga 70 juta rupiah atas tuduhan kekerasan. Kasus serupa juga menimpa Guru Supriyani. Dunia pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja. Apa yang salah?
Degradasi moral dalam dunia pendidikan menunjukkan bahwa nilai-nilai moral, seperti hormat, kejujuran, dan tanggung jawab, perlahan tergerus. Perilaku baik berganti dengan tindakan melanggar norma, etika, bahkan hukum. Pendidikan yang seharusnya menjadi benteng moral bangsa kini terancam rapuh. Fenomena ini bagaikan virus yang menyebar, menggerogoti moralitas pelajar kita.
Dampak Degradasi Moral
Kemerosotan moral di dunia pendidikan memiliki dampak luas. Pada tingkat individu, salah satu dampak nyata adalah penurunan prestasi akademik. Siswa yang terlibat dalam tindakan menyimpang cenderung sulit berkonsentrasi. Pikiran mereka terganggu oleh masalah emosional atau sosial sehingga mempengaruhi motivasi belajar. Perundungan, konflik sosial, atau disiplin yang buruk, menjadi penghambat bagi siswa dalam membangun interaksi sehat di sekolah.
Selain itu, degradasi moral berdampak buruk pada kesehatan mental siswa. Konflik antara nilai-nilai moral dengan perilaku menyimpang sering memicu perasaan bersalah dan malu. Tekanan batin yang berkepanjangan ini dapat menyebabkan depresi, kecemasan, bahkan gangguan stres pascatrauma. Terisolasi oleh lingkungan sosialnya, siswa tersebut kerap mencari pelarian dalam penyalahgunaan zat adiktif, seperti narkoba dan alkohol, yang semakin memperparah kesehatan mentalnya.
Meningkatnya Angka Kriminalitas
Degradasi moral di kalangan pelajar membawa dampak buruk bagi masyarakat. Ketertiban umum terganggu, dan masyarakat dibuat tidak nyaman. Kekhawatiran orang tua terhadap anak-anak mereka meningkat, dan angka kriminalitas ikut terdongkrak. Dalam lingkup yang lebih luas, degradasi moral berpotensi merusak tatanan sosial dan kualitas sumber daya manusia kita.
Pada akhirnya, moralitas yang terkikis memengaruhi kemampuan seseorang dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Ketika empati, respek, dan kejujuran hilang, kehidupan berbangsa pun terguncang. Dunia pendidikan sebagai benteng terakhir moralitas bangsa seharusnya tidak berdiam diri.
Perlindungan bagi Profesi Guru
Sebagai ujung tombak pembentukan karakter siswa, guru kerap menghadapi tekanan, bahkan kriminalisasi. Perlindungan hukum yang lebih kuat bagi guru menjadi sebuah keharusan, agar mereka dapat menjalankan tugas mendidik tanpa ketakutan akan kriminalisasi. Profesi guru haruslah dilindungi, terutama dalam mendisiplinkan siswa secara wajar, agar tak diartikan sebagai tindakan melawan hukum.
Degradasi moral telah mencoreng wajah dunia pendidikan. Namun, perjuangan untuk membentuk karakter bangsa yang berakhlak mulia belum usai. Kita percaya bahwa setiap guru di pelosok negeri ini, dalam upayanya mencerdaskan bangsa, berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Semoga upaya mereka mengembalikan marwah pendidikan tetap berjalan meski menghadapi tantangan yang semakin berat.
Penulis : Andri Triyono, S.Pd.
Lahir di Cianjur pada 20 Juli 1982, Andri Triyono adalah Kepala Sekolah SD Negeri Budi Asih di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Saat ini, ia juga sedang menempuh pendidikan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) di Universitas Suryakancana (UNSUR) Cianjur. Sebagai pendidik, Andri memiliki kepedulian besar terhadap kualitas moralitas dan karakter siswa, serta tantangan yang dihadapi guru dalam menjalankan tugas mulia mereka di tengah degradasi moral dalam dunia pendidikan.