EDITORIAL : Menimbang Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi
#EDITORIAL – Pilgub Jabar tinggal hitungan bulan, partai-partai sudah mulai pasang kuda-kuda untuk memenangkan pertarungan. Begitupun dengan para bakal calon yang kini ramai diberitakan media massa. Sebut saja Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi.
Ridwan Kamil (RK) atau Kang Emil selama ini selalu mendapat posisi teratas dalam survei-survei. Pemilih percaya RK mampu membawa Jawa Barat kedepan seperti halnya dia membawa Kota Bandung. Maju, selaras dan eksotis.
Di tempat lain ada calon seperti Dedi Mulyadi (DM), Bupati Purwakarta yang juga berhasil membawa Kab. Purwakarta menjadi daerah yang kini banyak dikunjungi warga dari luar Purwakarta. Sebabnya Dedi dianggap berhasil membangun infrastruktur Purwakarta sehingga nampak lebih indah.
Kehadiran dua pemimpin ini memang sangat fenomenal, memiliki keunggulan dalam banyak sisi sehingga rakyat tertarik dan berharap agar keduanya tidak saling bersaing. Akan lebih baik kalau keduanya bersanding untuk semakin saling melengkapi sehingga Jawa Barat bisa lebih maju dan rakyatnya makin sejahtera.
Mungkinkah mereka bersanding?. Sepertinya sulit untuk saat ini. Partai-partai nampak mulai menutup rapat peluang RK untuk menggunakan kendaraan politiknya. RK dianggap tak bisa memenuhi kehendak elite parpol yang kadang kepentingannya berjibun. RK bisa saja akhirnya tak memiliki kendaraan politik jika hanya diusung Nasdem yang terlalu ‘kepagian’ mengusungnya sehingga membuat parpol lain terutama yang besar-besar enggan merapat. Penolakan politik kadang sering berkelindan dengan ketersinggungan elitenya, bukan semata-mata pertimbangan kebaikan untuk rakyat secara keseluruhan.
Lain halnya dengan DM, selaku ketua DPD Partai Golkar Jabar ia boleh lebih percaya diri. Dan konon PDIP Jabar sudah meliriknya untuk berkoalisi. Kalau koalisi ini mewujud hingga pelaminan maka peluang RK untuk diusung PDIP tertutup rapat. Sebab PDIP pasti akan menyandingkan kadernya sendiri, bisa Puti Guntur Sukarnoputri, Rieke Diah Pitaloka, Abdi Yuhana, Maruarar Sirait atau yang lainnya.
Hanya saja politik selalu punya dinamikanya sendiri. RK tak perlu berkecil hati, elektabilitas yang dimiliki saat ini masih menjadi magnet bagi partai-partai untuk mengusungnya. Dan Nasdem tentu tak akan membiarkan RK berjalan sendiri, kepiawaian Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dalam kancah politik nasional jika sudah turun gunung bisa memiliki cerita lain. RK masih punya kesempatan dipinang partai-partai, termasuk oleh PDIP di detik-detik akhir.
Perpecahan dan polarisasi partai-partai pendukung pemerintah di Jabar memang sangat dikehendaki oleh partai-patai yang menisbatkan diri sebagai partai-partai di luar pemerintahan seperti PKS dan Gerindra. Kedua partai ini tentu ingin mengulang kemenangannya setelah berhasil di DKI Jakarta. Kedua partai ini sudah mengelus-elus jagoannya dan nyaris tak ada tarik menarik yang menggelegar keluar. Sebuah pola permainan yang patut diwaspadai PDIP dan Golkar.
Pilkada Jabar masih punya waktu, rakyat juga masih punya banyak kesempatan untuk mempengaruhi partai-partai agar bisa rasional dalam menentukan kepemimpinan di Jabar. Bukan sekedar untuk menang-menangan. Kepada Parpol kita berharap tidak terjebak pada pragmatisme semata atau hanya mengejar kepuasan elite demi seonggok kekuasan yang pasti ada batasnya.
Selamat berdemokrasi yang sehat!. ***