Empang Dalem Cianjur dan Tradisi Ramadhan

#INFOCJR – Cianjur termasuk kota tua di Jawa Barat, dan pernah menjadi ibu kota kresidenan Priangan yang saat itu hanya terdiri lima kabupaten yakni : Cianjur, Bandung, Sumedang, Limbangan dan Sukapura.

Di kota-kota tua ini (Limbangan kini bagian dari Garut, sedangkan Sukapura berganti nama menjadi Tasikmalaya) dimasa penjajahan Belanda hingga era orde lama terdapat tradisi di bulan Ramadhan.

Bila sekarang bunyi serine sebagai tanda buka puasa, pada masa laloe di alun alun Cianjur dipasang meriam ukuran sedang yang di “jegur”kan persis tibanya azan Magrib. Selain itu terdapat tradisi Ngabedahkeun Empang Dalem, yakni menguras kolam besar dibelakang pendopo.

Bupati Cianjur saat itu sengaja menanam ikan di empang dalem, dan seminggu menjelang Lebaran, empang dibedahkeun, seluruh karyawan pendopo dan warga sekitar dibebaskan menangkap ikan sebanyak-banyaknya saat acara ngabedahkeun tersebut.

Sebelum terjun ke empang warga sudah siap-siap di pinggir empang, dengan komando kepala satpol PP ‘upami ayeunamah’, dengan kode tiupan peluit.

Setelah air disurutkan peluit ditiup, wargapun ‘jung-jleng’ menyerbu kolam.

Oleh petugas, warga dibagi beberapa kelompok dan batasan waktu saat ‘ngubek’ mengambil ikan.

“Ikan yang ditangkap diolah macam macam. Didendeng mah bisa cukup untuk beberapa hari bekal di rumah,” kenang Aki Dadan (80) sesepuh mamaos, yang ketika kecil pernah ikut ngabedahkeun kolam.

Dalam buku Sejarah Cianjur sareng Rd. Aria Wiratanu / Dalem Cikundul dijelaskan bahwa tradisi itu selalu dilaksanakan di Cianjur juga kabupaten lain. Selain ngabedahkeun empang Dalem, pada saat Idul Fitri, Bupati Cianjur akan berjalan kaki dari pendopo ke mesjid agung untuk sholat Id.

Ditangga mesjid bupati dan keluarga disambut seni rebana yang dibawakan santri-santri berbaju putih dari pontren Cibaregbeg Cibeber. Selesai sholat Id, bupati akan bersodakoh kepada fakir miskin yang berjejer di halaman mesjid agung.***(@muharamluki)