Fenomena dan Pengaruh Bahasa “Slang” di Indonesia

 Fenomena dan Pengaruh Bahasa “Slang” di Indonesia



Di tahun 2024 ini, sudah banyak istilah-istilah yang keluar darikalangan generasi z, milenial, pengguna media sosial, dan atauwarganet. Tidak sedikit juga, orang-orang terpengaruh danmenggunakan istilah-istilah tersebut untuk berkomunikasi di dunia real. Kombinasi istilah dari bahasa asing pun sudah mulaibanyak diminati oleh kalangan remaja dan anak muda, bahkanmungkin orang tua pun ada yang menggunakannya. Terlebihlagi orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan.

Begitulah fenomena pengguna bahasa di Indonesia. Banyakfaktor yang membuat seseorang berbicara atau menulis denganmenggunakan sistem campur kode dan atau alih kode. Di dalamkajian ilmu Sosiolinguistik atau hubungan antara bahasa denganfaktor-faktor sosial di dalam masyarakat tutur, pengguna bahasadapat bebas untuk melakukan proses komunikasi, sebab bahasamemiliki sifat dinamis dan manasuka atau arbitrer.

Akhirnya proses komunikasi seseorang dengan yang lainnya, sudah menjadi hal yang biasa, dan dianggap lumrah di lingkungan masyarakat Indonesia. Tidak ada yang melarang, jika seseorang berbicara atau menulis dengan sistem campurkode dan alih kode. (Jika) itu pun masih dalam keadaan wajardan masih dapat dipahami oleh lawan bicara kita.

Yang tidak baik itu adalah, jika seseorang berbicaranya tidaksantun dan sering menggunakan kata-kata umpatan yang padaakhirnya memunculkan ketersinggungan. Terlebih topik yang dibicarakannya pun adalah berkaitan dengan RAS. Sehingga jikadisimak dengan seksama, ada unsur-unsur yang nenyudutkandan berdampak terhadap perpecahan antarsuku dan bangsa.

Dalam perkembangannya, pemerolehan bahasa semakin harisemakin bertambah. Bahkan berdasarkan data terbaru, dariBadan Bahasa Kemendikbud RI sudah menyampaikan ada 20 istilah slang yang masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Mungkin jika diakumulasikan berdasakan periodisasipergantian kepala negara di Indonesia, istilah-istilah slang yang bermunculan selama lima tahun, mungkin saja bisa mencapairatusan kata.

Orang-orang kini lebih suka berbicara dengan menyisipkanbahasa asing di tengah-tengah kalimatnya. Misal, “Si Wandisekarang tambah gaya, sering flexing di media sosial“, “Bajuyang dipakai Nikita Mirzani branded semua“, “Malam inikita dinner di luar ya”, dan masih banyak contoh lain yang sering kita temukan di kehidupan sehari-hari.

Tidak semua istilah-sitilah dalam bahasa gaul di Indonesia masuk ke dalam KBBI. Para ahli dan pakar bahasa akanmembuat penelitian terlebih dahulu. Sejauh mana istilah tersebutdigunakan oleh masyarakat, dan seberapa besar pengaruh istilahtersebut dalam menggantikan istilah atau kata yang sebelumnyadigunakan oleh masyarakat tutur.

Fenomena bahasa gaul lainnya, sering kita dapati dari kalangangenerasi Z dan milenial. Orang-orang kini lebih banyakmemakai istilahbjirdalam mengungkapkan kekecewaan, kemarahan, bahkan kekaguman. Padahal jika dikaji asal usulnya, kata tersebut plesetan dari nama binatang ‘anjing‘, diperhalusdengan kata ‘anjay‘, dan kini berubah bentuk lagi jadi bjir

Adapun Bahasa gaul lainnya yang terbentuk dari frasa atau duakata, sehingga menjadi sebuah akronim. Misal, ‘mager‘ yang berartimalas gerak‘, ‘mantap betul‘ jadimantul‘, ‘gafokdarigagal fokus‘, ‘gabutasalnyagaji buta‘. 

Pengaruh Istilah Slang Terhadap Bangsa Indonesia

Istilah slang, atau bahasa gaul, merupakan fenomena menarikdalam dinamika bahasa Indonesia. Munculnya istilah-istilahbaru ini tak lepas dari kreativitas generasi muda dalamberbahasa, namun juga dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, dan teknologi. Penggunaan slang yang semakin meluas di berbagai kalangan masyarakat pun tak pelak menimbulkanberagam dampak, baik positif maupun negatif

Dampak positik yang terjadi adalah hadirnya kreativitasberbahasa. Slang sering kali menjadi cerminan kreativitasgenerasi muda dalam menciptakan ungkapan-ungkapan baruyang unik dan menarik. Hal ini menunjukkan dinamisme bahasaIndonesia yang terus berkembang, seperti yang sudah dijelaskansebelumnya, bahwa bahasa bersifat dinamis.

Selain itu, dampak positif yang terjadi dalam kaitannya denganpengaruh munculnya istilah slang adalah akan terciptanyaIdentitas Generasi’. Penggunaan slang tertentu dapat menjadipenanda identitas sebuah generasi atau kelompok sosial tertentu. Ini memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antaraanggota kelompok. Di dalam lingkungan komunal akan terasalebih intim pada saat proses komunikasi dilakukan

Tidak hanya terciptanya identitas generasi. Sarana KomunikasiInformal pun akan terasa terfasilitasi. Slang memudahkankomunikasi informal di antara teman sebaya. Penggunaanbahasa yang lebih santai dan akrab ini dapat menciptakansuasana yang lebih hangat dan menyenangkan, tidak kaku sertaterasa dekat tanpa terhalang batas.

Adapun dampak negatifnya ialah adanyakemunduran bahasabaku’. Penggunaan slang yang berlebihan dapat mengikispenggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal inidikhawatirkan akan menyebabkan kemunduran kualitas bahasaIndonesia secara keseluruhan.

Selain itu, akan menimbulkankesulitan komunikasiantargenerasi’. Perbedaan generasi sering kali menimbulkankesenjangan dalam penggunaan bahasa. Penggunaan slang yang terlalu kental dapat menyulitkan komunikasi antara generasimuda dan generasi di atasnya.

Pengaruh negatif lainnya adalah terhadapcitra diri’.Penggunaan slang yang tidak tepat atau berlebihan dapatmemberikan kesan negatif terhadap citra diri seseorang, terutama dalam konteks formal. Citra diri di sini mengarahkepada anggapan seseorang terhadap orang yang terlalu seringmenggunakan istilah gaul, dampaknya akan terasa dianggapkurang memiliki prilaku yang santun.

Ada juga seseorang yang terlalu sering berkomunikasimenggunakan istilah slang, maka kemungkinan akan terjadimiskomunikasi’. Makna slang sering kali bersifat kontekstualdan dapat berubah seiring waktu. Hal ini dapat menimbulkanmiskomunikasi jika tidak dipahami dengan baik oleh lawanbicara.

Melihat beragam dampak yang ditimbulkan oleh penggunaanslang, maka perlu adanya sikap yang bijak dalam menyikapinya.Di satu sisi, kita perlu menghargai kreativitas generasi mudadalam berbahasa. Namun di sisi lain, kita juga perlu menjagakelestarian bahasa Indonesia yang baik dan benar.

 

Penulis: Ihsan Subhan, penyair asal Cianjur Jawa Barat. Menulis puisi, esai, dan karya jurnalistik. Buku antologipuisinya bertajuk “Festival Cahaya” (2017) danSampai TitikHujan Penghabisan” (2024). Kini belajar di S2 Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Suryakancana Cianjur.




infocianjur

http://infocianjur.dev

dari Cianjur untuk Indonesia