Hati-Hati Jaga Hati
#INFOCJR – Ada satu bagian dari diri yang harus kita jaga dengan pasti—bagian yang menentukan jalan hidup kita, dan bahkan kehidupan orang-orang di sekitar kita. Bagian ini adalah inti dari rasa, pusat dari segala kepekaan. Ia hadir dengan tenang namun sangat berpengaruh, sering kali menjadi penentu dalam setiap keputusan. Bagian ini adalah hati. Hati yang tak hanya bekerja sebagai organ, namun juga menjadi pusat kendali emosi, etika, dan spiritualitas kita.
Ada saatnya hati menjadi penuntun utama dalam menjalani hidup, menjadi kompas yang tak bisa diabaikan. Namun, ada juga momen ketika hati harus dikesampingkan, saat kita perlu memberi ruang bagi logika dan nalar untuk memimpin. Hati-hati dalam menjaga hati, karena tak semua urusan dalam hidup ini layak dipertaruhkan dengan perasaan. Pilah dan pilihlah ketika harus melibatkan hati, karena hati yang baik dan sehat adalah kunci bagi kehidupan yang damai dan berarti.
Dalam menjaga hati, ada tiga jenis kondisi hati yang penting kita ketahui. Masing-masing memiliki karakteristik unik yang akan menentukan arah hidup dan cara kita menjalani hari-hari.
Hati Sehat (Qolbun Salim)
Hati sehat adalah hati yang bersih, yang selamat dari segala perkara yang dimurkai Allah. Ia dikenal sebagai qolbun salim karena sifatnya yang selamat dan sehat telah menyatu dengannya. Hati seperti ini hanya tunduk kepada Allah, menjalani setiap aspek kehidupan dengan penuh keikhlasan demi mencari ridha dan cinta-Nya. Hati yang sehat mencintai dan membenci semata-mata karena Allah, menjadikan Rasulullah sebagai teladan yang diikuti dengan sepenuh hati. Orang dengan hati seperti ini akan merasakan keselamatan di hari kiamat, karena ia telah membersihkan dirinya dari segala bentuk kemaksiatan. Hati yang sehat adalah oase di tengah gurun kehidupan yang penuh godaan, memberikan rasa tenang dan aman bagi pemiliknya.
Hati Mati
Sebaliknya, hati mati adalah hati yang kehilangan hidupnya. Hati seperti ini tak mengenal Tuhannya, apalagi tergerak untuk beribadah kepada-Nya. Hawa nafsu dan kesenangan dunia menjadi raja yang menguasai setiap gerak langkahnya. Ketika mencintai, ia mencintai dengan nafsu, dan ketika membenci, ia pun membenci dengan nafsu. Segala hal yang dilakukannya hanya demi kepuasan diri, tanpa peduli dengan moralitas dan kebaikan. Hati mati ini membuat pemiliknya tuli dan buta terhadap kebenaran, lebih memilih bergaul dengan orang-orang yang memiliki hati serupa. Hati yang mati adalah ciri khas mereka yang tak mengenal arah, tersesat dalam labirin dunia yang mereka buat sendiri. Berteman dengan pemilik hati seperti ini adalah jalan menuju kehancuran, karena mereka akan selalu membawa aura negatif yang meracuni.
Hati Sakit
Di antara keduanya, ada hati yang sakit. Hati ini masih hidup, namun dipenuhi konflik internal. Ada dua kekuatan yang terus bertarung dalam dirinya—kebaikan dan keburukan. Saat ia menang melawan godaan, hati ini akan mendekat kepada Allah, penuh cinta, keimanan, dan tawakal. Namun, ketika kalah, ia akan terjerumus dalam kegelapan, dikuasai oleh dengki, ujub, dan kezaliman. Inilah hati yang sedang dalam perjalanan, yang kadang baik dan kadang menyimpang. Mayoritas manusia memiliki hati seperti ini, hati yang rentan dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Ketika godaan dosa datang, ia terjerumus; namun ketika ada dorongan tobat, ia kembali mendekat. Hati yang sakit berfluktuasi antara kebenaran dan kebatilan, selalu berada di persimpangan, memerlukan bimbingan agar bisa kembali menjadi hati yang sehat.
Refleksi dan Harapan
Merawat hati bukan perkara mudah, namun ia adalah keharusan. Hati yang sehat, selamat, dan bahagia hanya dapat dicapai dengan upaya sungguh-sungguh dalam menjaga diri dari godaan dunia. Ketika kita memahami betapa pentingnya peran hati dalam kehidupan, kita akan lebih berhati-hati dalam setiap langkah, memastikan bahwa hati tetap terjaga dalam kondisi terbaik. Hati adalah lentera yang menerangi jalan, pemandu di kala gelap, dan perisai di kala badai kehidupan menerpa.
Penulis: Zatnika Addy Nugraha
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakancana