Mengapresiasi Kehidupan Melalui Puisi, Belajar dari Prof Yus Rusyana

 Mengapresiasi Kehidupan Melalui Puisi, Belajar dari Prof Yus Rusyana

Indri Hidayati Putri




Oleh : Indri Hidayati Putri*)

#INFOCJR – Cuaca panas siang itu tak dapat dielakkan. Dua kipas angin yang biasa menyuguhkan kesejukan di ruang kelas terpaksa dimatikan. Suara lembut penuh makna dari Prof. Yus Rusyana harus terdengar jelas, tanpa gangguan. Kami, para mahasiswa, menyimak mata kuliah Kajian dan Apresiasi Puisi dengan penuh perhatian. Meski udara terasa pengap, suasana kelas tetap hidup karena kebijaksanaan yang terpancar dari sosoknya.

Prof. Yus adalah seorang akademisi yang telah sepuh. Usia yang seharusnya menjadi alasan pensiun tidak membuatnya berhenti mengajar. Pihak fakultas masih memberikan ruang baginya untuk berbagi ilmu, sebuah kesempatan langka bagi kami. Dengan ketenangan yang khas, beliau membimbing kami menyelami dunia puisi, membuka pintu apresiasi pada kehidupan melalui kata-kata.

Prof. Yus Rusyana

“Apresiasi kehidupan adalah kunci untuk menikmati dan mensyukuri hidup,” ujar beliau di tengah kuliah. Kata-kata itu menghentak hati saya. Kehidupan seringkali melaju terlalu cepat, membuat kita lupa untuk berhenti sejenak dan menghargai hal-hal kecil di sekitar. Dalam pandangan Prof. Yus, apresiasi bukan sekadar memberikan penilaian, tetapi juga sebuah upaya menghubungkan pengalaman lahir dan batin ke dalam kehidupan yang lebih bermakna.

Sebagai seorang penyair, Prof. Yus menunjukkan bagaimana puisi menjadi medium yang ideal untuk mengapresiasi hidup. Hal-hal kecil seperti makanan di meja, udara yang kita hirup, atau senyum sederhana dari orang terdekat bisa menjadi sumber rasa nikmat dan syukur. Namun, apresiasi itu, menurut beliau, harus dituangkan dalam bentuk yang lebih tinggi—karya yang menggugah.

Salah satu prinsip hidup Prof. Yus adalah tiga filosofi yang senantiasa ia terapkan: selamat, bermanfaat, nikmat. Selamat berarti hidup dengan kehati-hatian, selalu mawas diri agar tidak tergelincir ke dalam hal-hal yang merugikan. Bermanfaat mengajak kita untuk berkontribusi kepada lingkungan, menjadikan keberadaan kita berharga bagi orang lain. Nikmat, kata beliau, adalah hasil dari hubungan yang dekat dengan Sang Pencipta, sebuah anugerah yang muncul dari hati yang tunduk dan bersyukur.

Apresiasi Kehidupan

Puisi adalah medium istimewa bagi Prof. Yus untuk menyampaikan pandangannya. Salah satu karyanya, Sarébu Bulan, menjadi bukti bagaimana beliau mengolah kata untuk mengapresiasi kehidupan. Dalam seminar Bulan Bahasa 2024, beliau membacakan puisi ini:

Sarébu Bulan
Karya Yus Rusyana

Dina hiji peuting urang jalan-jalan duaan
Katilu bulan
Dina hiji peuting urang jalan-jalan duaan
Sarébu bulan
Dina hiji peuting urang jalan-jalan nyorangan
Kadua bulan
Dina hiji peuting taya saurang nu jalan-jalan
Ngan kari bulan

Puisi ini menyiratkan makna kebersamaan, kehilangan, dan bagaimana apresiasi terhadap keberadaan sesuatu menjadi penting sebelum ia sirna. Saat kebersamaan itu masih ada, apakah kita benar-benar menikmatinya? Ataukah kita baru menyadari nilai dari sesuatu ketika ia telah pergi?

Menurut hemat saya, puisi ini mengajarkan bagaimana menghayati hidup secara penuh. Bukan hanya dari hal-hal besar, tetapi juga dari keindahan kecil yang sering kali kita abaikan. Studi psikologi menunjukkan bahwa apresiasi terhadap hal-hal kecil dalam kehidupan memiliki dampak besar pada kesejahteraan. Barbara Fredrickson dalam bukunya Positivity (2009) menjelaskan bagaimana perasaan syukur dan penghargaan terhadap kehidupan mampu meningkatkan kebahagiaan seseorang. Apresiasi bukan hanya tentang melihat yang indah, tetapi juga merasakan makna di balik pengalaman itu.

Selain itu, penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Positive Psychology (2017) menemukan bahwa individu yang melatih apresiasi dalam keseharian, seperti dengan mencatat hal-hal yang mereka syukuri, cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan kesehatan mental yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan filosofi Prof. Yus yang menekankan pentingnya “nikmat” sebagai elemen kebahagiaan.

Dalam tradisi keagamaan, apresiasi juga memiliki tempat yang penting. Dalam Islam, konsep syukur diajarkan sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta. Ibn Qayyim Al-Jawziyyah dalam Madarij As-Salikin menulis bahwa syukur adalah setengah dari iman, karena ia mencerminkan rasa terima kasih yang mendalam atas karunia Allah.

Selanjutnya, apa yang bisa kita lakukan untuk lebih mengapresiasi kehidupan? Pelajaran dari Prof. Yus memberikan arah yang jelas:

1. Berlatih Kesadaran Penuh (Mindfulness): Seperti dalam puisi Sarébu Bulan, kita diajak untuk hidup dalam momen sekarang, menyadari keberadaan hal-hal kecil sebelum mereka hilang.
2. Menulis dan Mencatat: Prof. Yus selalu mendorong mahasiswa untuk menulis. Menulis adalah cara efektif untuk merefleksikan apa yang kita hargai dalam hidup. Bahkan sebuah jurnal sederhana tentang hal-hal yang membuat kita bersyukur dapat membantu kita lebih terhubung dengan kehidupan.
3. Berbuat Kebaikan: Dalam pesan terakhirnya, Prof. Yus mengingatkan bahwa hidup kita bersinggungan dengan orang lain. Ketika kita berbuat baik, kita tidak hanya memberikan manfaat kepada orang lain, tetapi juga memperkaya jiwa kita sendiri.

Penutup

Pertemuan terakhir dengan Prof. Yus adalah momen yang penuh haru. Kata-kata perpisahannya menjadi pengingat yang mendalam: “Sebagai mahasiswa, jangan lupa untuk selalu belajar dengan baik, perbanyak membaca buku, dan berlatih menulis. Karena tindakan kita akan menentukan masa depan kita. Berbuat baiklah kepada sesama, karena kehidupan kita bersinggungan dengan kehidupan orang lain. Dan berimanlah sebagaimana fitrahnya manusia.”

Ucapan itu menutup perjalanan panjang seorang guru yang telah memberikan lebih dari sekadar ilmu. Prof. Yus mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang menghargai kehidupan dengan sepenuh hati.

Apresiasi kehidupan, sebagaimana beliau tunjukkan, bukan sekadar kata-kata. Ia adalah cara pandang, cara hidup, dan cara kita memahami keberadaan. Dari hal kecil hingga yang besar, semuanya mengajarkan kita untuk bersyukur. Pada akhirnya, apresiasi adalah pintu menuju rasa nikmat dan syukur yang sejati.

Semoga Prof. Yus selalu sehat dan bahagia, melanjutkan kehidupannya yang penuh rasa nikmat dan syukur. Warisan ilmu dan kebaikan yang telah beliau tinggalkan akan terus hidup dalam setiap hati yang pernah disentuhnya.

Referensi:

Fredrickson, B. (2009). Positivity: Top-Notch Research Reveals the 3-to-1 Ratio That Will Change Your Life.
Journal of Positive Psychology, Vol. 12, No. 2 (2017).
Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Madarij As-Salikin.
Catatan dan Notulensi Seminar Bulan Bahasa 2024, Universitas Suryakancana Cianjur.

*) Indri Hidayati Putri, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Suryakancana Cianjur




infocianjur

http://infocianjur.dev

dari Cianjur untuk Indonesia