Misinformasi Bikin Wabah Covid-19 di India Makin Brutal, Mengapa?
Saat ini, negara yang dijuluki Anak Benua itu, mencatat sekitar 400 ribu kasus infeksi dan 4.000 orang meninggal dalam waktu sehari. Angka tersebut menjadi kasus harian tertinggi di dunia.
Seperti di tulis Tempo Jumat (7/5/2021), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dalam laporan mingguan, India menyumbang hampir setengah dari kasus virus corona yang dilaporkan di seluruh dunia minggu lalu dan seperempat dari kematian.
Tsunami Covid-19 itu menyebabkan krisis kesehatan, dengan rumah sakit berjuang mencari tempat tidur dan oksigen sebagai tanggapan atas lonjakan infeksi mematikan kedua. Banyak orang meninggal di ambulans dan tempat parkir mobil menunggu tempat tidur atau oksigen, sementara kamar mayat dan krematorium berjuang untuk menangani aliran jenazah yang tampaknya tak terhentikan.
Penasihat ilmiah utama India K. VijayRaghavan mengingatkan bahwa negaranya pasti menghadapi gelombang lanjutan tsunami Covid-19. Menurutnya, setelah gelombang kedua mereda, negara harus siap menghadapi gelombang ketiga.
VijayRaghavan menjelaskan bahwa gelombang ketiga tidak akan bisa dihindari, mengingat tingginya tingkat virus yang beredar. “Tapi tidak jelas pada skala waktu apa fase 3 ini akan terjadi. Kita harus bersiap untuk gelombang baru,” ujar dia, seperti dikutip Reuters, Rabu, 5 Mei 2021
Banjir misinformasi seperti dalam laporan Tempo lainnya, memperparah situasi gelombang kedua pandemi Covid-19 di sana.
Berdasarkan laporan yang ada, misinformasi seputar virus Corona mengalir lebih deras ketimbang biasanya ke ponsel-ponsel warganet India di tengah gelombang kedua pandemi Covid-19 di sana. Hoaks yang beredar paling sering tentang sistem pengobatan alternatif yang diklaim bisa diandalkan untuk “meningkatkan kekebalan” dan memerangi Covid-19. Tsunami misinformasi di India ini diperparah oleh rendahnya literasi digital di negara tersebut.
Berbagai hoaks menyangkut virus Corona dan vaksin mengalir lebih deras ketimbang biasanya ke ponsel-ponsel warga negara tersebut, di tengah terjadinya krisis tempat tidur dan oksigen di rumah-rumah sakit. Sebuah pesan berantai yang viral baru-baru ini berisi ajakan untuk menolak vaksinasi, dan mengklaim bahwa “dapur rumah tangga India berisi segala hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kekebalan”.
Penulis Wired, Devika Khandelwa, yang membagikan kisah itu. Pesan tersebut masuk ke ponsel ibunya. Dalam pesan ini, ada pula klaim palsu bahwa “Covid-19 adalah bakteri, bukan virus” dan“virus Corona diciptakan di laboratorium Cina”. Tak hanya ponsel ibunya, ponsel ayah Khandelwa juga menerima berbagai hoaks, yang masuk lewat ponselnya.
Kita di sini juga hampir mendapatkan pengalaman yang sama. Informasi dan fakta-fakta ilmiah terkait penanganan Covid-19 dan seluruh informasi yang menyertainya selalu berhadapan dengan mereka yang tidak percaya bahwa pandemik itu ada dan hanya sebuah rekayasa global. Akhirnya banyak warga yang lengah, dan seperti di India mencoba menekan pemerintah untuk tidak terlalu percaya ancaman pandemik.
Dan setelah tsunami itu terjadi semua tak bisa melawan, semua sibuk mencari tabung oksigen untuk sekedar menunda beberapa jam kematian. Horor memang tapi itulah fakta yang ada di sana.
Semoga kita mendapatkan pelajaran dari India!(@enigma_2072)