Seni Budaya Maritim Miliki Peran Penting Kelola Ruang Laut

 Seni Budaya Maritim Miliki Peran Penting Kelola Ruang Laut



Jakarta (#infocjr) – Ketua Pelaksana Marine Spatial Planning & Services Expo 2022, Muh Rasman Manafi, mengatakan, Seni Budaya Maritim memiliki peranan penting dalam pengelolaan ruang laut agar bisa terus melaju.

Acara yang digelar di Pullman Jakarta Central Park pada Tanggal 13 -15 September 2022 itu mendapat perhatian berbagai kalangan termasuk pelaku seni budaya karena isue tersebut menjadi salah satu perbincangan startegis dalam tata kelola dan kebijakan global saat ini dan masa depan.

Rasman yang juga Asisten Deputi Pengelolaan Ruang Laut dan Pesisir Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi itu mengilustrasikan kura-kura yang mampu bertahan hidup ratusan tahun dan di perairan laut mana pun.

“Dalam bagan pemodelan kura-kura untuk pengelolaan ruang laut dan perlindungan lingkungan laut menempatkan budaya maritim nusantara sebagai salah satu kaki yang menjadi kekuatan untuk mengayuh laju Kelautan Indonesia,” paparnya kepada Wartawan di Jakarta.

Perpres tentang Kebijakan Kelautan Indonesi, kata dia, telah mengisyaratkan betapa pentingnya Kebijakan Budaya Maritim Nusantara. Dinyatakan bahwa Budaya Maritim setara posisinya dengan informasi perencanaan dan perlindungan tata ruang laut.

“Ruang laut harus komprehensif dalam perencanaan tidak hanya teknis tetapi budaya yang ada di ruang itu dapat diakomodir klasternya,” sambung dia.

Sementara itu ISBI Bandung melalui Tim Riset Seni Maritim yang diketuai oleh Yanti Heriyawati diundang secara khusus dalam event ini untuk memberikan kontribusi dalam dunia kemaritiman dari bidang seni budaya.

“Secara khusus kami menggarap Seri Jelajah Negeri Maritim dalam judul LAYAR SAUH. Karya ini digarap berdasarkan hasil perjalanan riset menyusuri pesisir Nusantara,” kata Yanti yang juga Direktur Pascasarjana ISBI Bandung itu.

Yanti mengaku berterimakasih kepada Muh Rasman Manafi yang memfasilitasi booth untuk ISBI Bandung agar dapat memamerkan karya Seni Maritim yang telah dihasilkan berdasarkan riset.

Yanti menjelaskan, booth Seni Maritim ISBI Bandung memamerkan karya sebagai bentuk publikasi hasil penelitian berupa: foto, poster, buku, batik, kerajian, rencong, dan live painting. Selain performance dan booth juga menayangkan dokumentasi Seni Maritim.

Estetika Seni Maritim

Lebih lanjut Yanti memaparkan tentang pentingnya estetika seni maritim yang ia terjemahkan ke dalam pertunjukan tari Layar Sauh.

Menurutnya, Seni Maritim dalam tema karya yang diproduksinya tidak serta merta tetapi melalui proses riset. Sehingga seni diartikulasikan sebagai ruang dalam menyuarakan gejolak kehidupan masyarakat maritim.

“Bingkai seni yang kami tawarkan mengaitkan langsung secara spesifik dengan perjuangan masyarakat. Karena itu bentuk seni maritim yang kami ciptakan berdasar pada riset seni budaya maritim. Dikembangkan melalui proses eksplorasi artistik seni tradisi di pesisir nusantara kemudian dikemas secara kontemporer dan kolaborasi multimedia,” jelas Yanti didampingi Asistant Choreographer, Wina Rezky Agustina.

Jelajah seni maritim pada aktivitas masyarakat pesisir dan bahari ini, sebut Yanti, dalam konteks landscape komunitas kapal, pantai, pesisir laut, danau sungai yang terkoneksi dengan rute pelayaran dan pelabuhan.

“Layar Sauh merupakan karya baru dari proses penciptaan Seri Jelajah Neger Maritim. Episode kali ini dibagi dalam tiga bagian yakni Jelajah Alam, Jelajah Kehidupan dan Jelajah Keragaman,” ungkapnya.

Yanti menjelaskan, pengalaman riset menyusuri pesisir di negeri maritim Indonesia diejawantahkan dalam karya ini. Mulai tentang keindahan, tentang perjuangan hingga tentang fakta-fakta kehidupan masyarakat nelayan.

“Perjalanan mengajarkan bagaimana memaknai perbedaan dan kebinekaan dalam satu semangat kebersamaan dan kebangsaan, yakni Indonesia,” katanya.

Sebelumnya, ungkap Yanti, telah banyak karya-karya yang diciptakan berdasarkan riset seni budaya maritim diantaranya, The Voice in Pangandaran, Siluet Perempuan Pesisir, Memoar Luka Laut, Aroma Jagat Laut, Persik Pasir Ricik Air, Jika ke Laut dan Sudut Semesta Laut.

“Selain karya seni pertunjukan, karya seni maritim diciptakan dalam bentuk film dokumenter, fotografi, dance film, dan karya-karya dalam kemasan multimedia,” sambungnya.

Layar Sauh

Produksi: Jelajah Negeri Maritim dalam Floating Heritage Festival
Tim Peneliti: Yanti Heriyawati, Afri Wita, Juju Masunah

Executive Producer: Yanti Heriyawati
Script & Narration: Afri Wita
Multimedia Artist: Yadi Mulyadi
Asistant choreographer: Wina Rezky Agustina, Budi Jak
Music Composer: Rizki Ferry Ramdani
Performers: Yanti Heriyawati, Wina Rezky Agustina, Budi,
Painting Artist: Wanti Amelia
Costume & Make Up: Dea Nugraha
Cameraman: Fariz M Fadilah
special acknowledgement: Muh Rasman Manafi (Asisten Deputi Pengelolaan Ruang Laut dan Pesisir)

***




infocianjur

http://infocianjur.dev

dari Cianjur untuk Indonesia