Pengrajin Boboko di Cianjur Sulit Pasarkan Produk
#INFOCJR – Geliat pengrajin dari bambu semakin meningkat, bahkan dengan bahan dasar bambu bisa dibuat berbagai macam kerajinan seperti boboko, tampah (nyiru-red), selain itu bisa dibuat topi atau dudukuy. Akan tetapi para pengrajin bambu ini sangat terkendala dengan dengan pemasaran yang begitu sulit.
Para pengrajin ini biasanya memasarkan sendiri, berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya. Seperti halnya Usman (60), pengrajin boboko di Desa Sukamekar Kecamatan Cibinong ini lebih dari 10 tahun telah menjadi pengrajin boboko.
Ia menjual hasil dari keahliannya membuat boboko dan produk dari bambu lainnya dengan cara berkeliling, ia pun merasa kesulitan karena ia hanya bisa menjual 10 biji saja.
“Satu boboko kecil dijual 15 ribu, kalau boboko yang besar dijual dari 25 ribu tergantung ukuran. Biasanya seminggu saya bisa menjual 10 biji dan cara penjualanya berkeliling,” ujar Pak Usman.
Usman berharap, ada perhatian khususnya dari Pemerintah setempat sehingga dapat lebih mudah dalam memasarkannya.
“Hasil penjualan saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan berharap pihak desa memberikan bantuan dan dorongan kepada kami para pelaku usaha kecil,” harapnya.
Sementara Calon Kepala Desa Sukamekar, Kecamatan Cibinong, Barjah mengatakan, batang bambu termasuk tanaman yang banyak tumbuh di Cianjur, khususnya di Desa Sukamekar.
“Dengan adanya tanaman bambu, menganyam bambu juga menjadi salah satu mata pencaharian warga Desa Sukamekar, Kecamatan Cibinong,” katanya.
Ia juga menuturkan, di desa ini terdapat beberapa pengrajin anyaman bambu seperti boboko, alat dapur yang digunakan untuk menyiapkan bahan-bahan masakan seperti sayuran, dan lain sebagainya.
“Harapan saya kedepannya, anyaman bambu ini tetap diminati oleh masyarakat dan tetap mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari para pengrajin,” tuturnya.
Dan secara otomatis, akan membantu memasarkan kerajinan-kerajinan para pengrajin yang ada di Desa Sukamekar sehingga bisa meningkatkan perekonomian warganya. (Ris)