Peta Lama Kawasan Cianjur Kota (1821-1831)

 Peta Lama Kawasan Cianjur Kota (1821-1831)

Peta Lama Kawasan Cianjur Kota




Penulis: Ilham Nurwansah*)

Mengenali wilayah kota Cianjur dapat bersumber dari dokumen-dokumen lama seperti peta. Lalu, bagaimanakah kondisi wilayah Cianjur tempo dulu? Pembacaan kembali arsip peta pada masa Hindia-Belanda memberikan gambaran tata letak dan perkembangan kota Cianjur pada abad ke-19.

Sumber dokumentasi peta lama kota Cianjur terdapat dalam koleksi arsip Hindia-Belanda, sebagai bagian dari keputusan penting pemerintah Hindia-Belanda pada 28 Januari 1892 untuk menunjuk seorang pejabat resmi yang disebut Landsarchivaris. Pejabat ini bertugas untuk mengelola dan melestarikan arsip Belanda untuk kepentingan historiografi dan ilmu pengetahuan. Tanggal ini juga menandai berdirinya institusi kearsipan resmi yang bertanggung jawab atas catatan arsip Belanda yang berasal dari awal abad ke-17.

Kini koleksi peta tersebut disimpan olah Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jakarta. Peta-peta yang dibuat antara tahun 1821-1831 itu teridentifikasi oleh De Haan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan lampiran Resolusi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia-Belanda.

Plan der Negori Tjiandjoer

Sebuah peta berjudul Plan der Negori Tjiandjoer (Peta Negeri Cianjur) dengan kode A90, merupakan salah satu peta penting yang merekam citra tata kota Negeri Cianjur pada abad ke-19. Peta yang berorientasi utara-selatan ini menampakkan wilayah yang kini kurang lebih masuk ke dalam wilayah Kecamatan Cianjur atau Cianjur Kota.

Dalam peta tampak beberapa ruas jalan, ruas sungai dengan nama, bangunan-bangunan besar dan rumah-rumah kecil dengan kode huruf kapital. Sebagai pusat dari kota, tampak sebuah persegi yang merupakan bidang untuk lokasi alun-alun. Tidak banyak keterangan lain yang lebih rinci, tetapi legenda peta menunjukkan beberapa tempat penting.

Perbandingan sinkronis dengan keadaan masa kini melalui kacamata peta modern, menujukkan beberapa lokasi masih dapat dikenali, namun ada pula yang telah berubah atau tidak dapat diidentifikasi lagi. Legenda dalam peta menunjukkan delapan penanda tempat penting. Berikut ini identifikasi awal berdasarkan keterangan legenda  Plan der Negori Tjiandjoer (1821-1831):

Peta Cianjur

(A) Residentie Huis (Rumah Residen), kini terletak di kawasan stadion Badak Putih, kompleks SMPIN 1 Cianjur, Kecamatan Cianjur, KUA Cianjur, dan KONI. Letaknya di sisi selatan sungai Cianjur. Letak bangunan tampak lebih menjorok ke dalam, di sekitar bagian belakang posisi stadion sekarang. Pada masa lalu tempat ini adalah kediaman sekaligus tempat bekerja Asiten Residen, sebagai perwakilan pemerintahan Belanda di wilayah Karesidenan Priangan. Keberadaan posisi rumah Residen Priangan di Cianjur menunjukkan pentingnya kota Cianjur sebagai pusat pemerintahan regional.

(B) Secretaris Woning (Tempat Tinggal Sekretaris) terletak di kawasan blok yang kini ditempati oleh rumah sakit paru-paru, Bank BRI, SMPN 4 Cianjur, dan sejumlah rumah tinggal dan kantor lainnya. Jika dilihat dari keletakan dan arah muka bangunan terhadap Residentie Huis (rumah Residen), kemungkinan lokasi yang dimaksud adalah kompleks bangunan rumah sakit paru-paru sekarang.

(C) Woning van Regent (tempat tinggal Bupati), lokasi yang sama untuk kantor bupati Cianjur sekarang. Menghadap ke utara tepat ke arah alun-alun, dengan batas di selatan yaitu sungai Cianjur. Jika perkiraan tahun pembuatan ini benar, maka bupati yang saat itu menjabat dan tinggal di kabupaten adalah Adipati Wiradireja (1813-1833) yang juga dikenal sebagai Dalem Kaum atua Dalem Sepuh.

(D) Woning van Toemengoeng (tempat tinggal Tumenggung) terletak di sebelah barat kabupaten dan memiliki akses jalan (sekarang Jl. Siliwangi) tepat menghadap kompleks rumah bupati. Agak sulit menentukan di mana bangunannya saat ini, tetapi paling tidak jika melihat keletakannya tersebut boleh jadi di antara beberapa rumah tua yang letaknya sekitar kompleks rumah Praba Sarira, atau rumah-rumah di sekitar gang Pasar Baru 4, Pamoyanan.

Mengenai Tumenggung yang dimaksud dalam keterangan peta, yaitu Tumenggung Wiranagara (1833-1844) atau yang dikenal sebagai Dalem Tonggoh, karena menurut kisah kediamannya berada di tonggoh atau “sebelah atas” kabupaten. Ia merupakan putra dari Adipati Wiradireja yang menjabat sebagai regent waarnemend  (bupati sementara) selama dua tahun, lalu pindah ke tonggoh (atas) setelah selesai menjabat. Keterangan itu tepat seperti keletakan dalam peta yang secara kontur lebih tinggi dari wilayah pendopo kabupaten. Selain itu, di sekitar kawasan Pasar Baru juga terdapat pusara Tumenggung Wiranagara yang menguatkan keterangan ini. 

(E) Woning van Ambtenaren (tempat tinggal pejabat pemerintahan) terletak di beberapa lokasi yang saat ini di antara Jl. Siliwangi dan Jl. Aria Cikondang, kini ditempati oleh pemukiman warga sekitar Gang Pangrango dan SDN Ibu Dewi, kawasan Joglo, markas Kodim 0608, Denbekang, dan Gang Harapan. Lokasi lainnya berada di sekitar Jl. Pangeran Hidayatullah dan Jl. Mangun Sarkoro, yaitu di sekitar kompleks Bank BCA dan Bank BJB.

(F) Blokhuis (Penjara) terletak di sudut barat daya pendopo Cianjur sekarang. Dalam peta, bangunannya tampak berdiri di sebidang kolam dengan akses masuk melalui jembatan. Sekarang lahan ini berupa tempat parkir selatan pendopo dan panggung dekat pintu masuk Gang Mawar. Dalam peta lain karya Raden Saleh 1829 blokhuis disebut juga pamberokan (Sunda: pangberokan) yang berarti “penjara”. Namun, dalam sebuah laporan De Tweede Zendings-Conferentie (Konferensi Zending Kedua) tahun 1881, lokasi yang sama digunakan sebagai tempat perawatan (semacam rumah sakit kecil) dan lokalisasi pekerja seks. 

(G) Pak Huisen (Gudang-gudang) terutama digunakan sebagai kawasan pergudangan komoditas seperti kopi, teh dan hasil bumi lainnya. Letaknya di ujung Jl. HOS Cokro Aminoto sekrang, dekat Tugu Tauco. Letaknya yang strategis memungkikan mobilitas komoditas yang mudah diakses baik ke luar maupun ke dalam kota Cianjur. 

(H) Herberg (penginapan) terletak di wilayah tenggara alun-alun Cianjur, yang kini berdiri kantor Pegadaian, sejumlah pusat perbelanjaan, kelenteng (vihara) dan tempat tinggal penduduk. Penginapan ini terletak di pusat kota sehingga cukup strategis bagi pengunjung yang hendak menginap sementara di kota Cianjur. 

Dengan melihat peta lama kawasan Cianjur Kota abad ke-19 di atas, kita setidaknya dapat membayangkan bagaimana situasi Cianjur sebagai poros wilayah Priangan kala itu. Sayangnya, beberapa lokasi yang teridentifikasi di dalam peta sudah tidak ada mada masa kini, beberapa dialihfungsikan, diubah strukturnya, bahkan ada pula yang diratakan dengan tanah untuk pembangunan sarana baru yang lebih modern.  

 ____________________________________

 *)Ilham Nurwansah, pemerhati sejarah, filolog, Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Cianjur.




infocianjur

http://infocianjur.dev

dari Cianjur untuk Indonesia